24/02/11

Jadul abizzz

nagrog @yayahome [doc]
Hiji mangsa keur mondok di perpustakaan,kacaritakeuna teh can bisa sare. Gulatak-gulitik can bisa sare bari ngorek PC. Trus browsingan da rasaning FB-an teh bosen tuluy iseng-iseng muka friendster da sakainget mah antara tahun 2006 duka 2007 pernah boga account-na. Trus nga login da inget keneh email jeung paswordna sok sanajan pas dibuka menta konfimasi resend email,..
Brayyyy dibuka teh loba nu nga-add, ahh iseng oge pilihan we nu di confrm na teh, da dina list teman teh ukur cfia. Pas buka album fia der teh manggih poto nu matak ngeleketek nyawa hahaha pikaseurieun (kapaksa kuring bebeleheman sorangan). Ngan sakainget eta foto teh bareto tahun 2005 kitu mun teu salah mah sanggeus ngaliwet di imahna ci kuya trus juprat-jepret fofotoan bari baturna eta foto teh duka kamana deui (di hapus kitu few...?) hehe
ah moal di absen saha wae nu aya dina foto teh rada cangkeul nulisna ge hehe (merekedeweng sorangan nu nulis teh) da nu bersagkutan mah pasti arapaleun sorangan jeung pasti hayang seuri hehe ngabolekerkeun aib sorangan.

22/02/11

Paribasa

Paribasa atau pepatah yang sudah diinformasikan secara lisan turun temurun dari para leluhur (karuhun) untuk bekal menjalani kehidupan.

1.Hubungan Dengan Sesama Mahluk

• Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe kedah micarek (Trust - ngak boleh korupsi, maling, nilep, dlsb... kalo mo ngambil sesuatu harus seijin yg punya).
• Sacangreud pageuh sagolek pangkek (Commitment, menepati janji & consitent).
• Ulah lunca linci luncat mulang udar tina tali gadang, omat ulah lali tina purwadaksina (integrity harus mengikuti etika yang ada)
• Nyaur kudu diukur nyabda kudu di unggang (communication skill, berbicara harus tepat, jelas, bermakna.. tidak asbun).
• Kudu hade gogod hade tagog (Appearance harus dijaga agar punya performance yg okeh dan harus consitent dengan perilakunya --> John Robert Power melakukan training ini mereka punya Personality Training, dlsb).
• Kudu silih asih, silih asah jeung silih asuh (harus saling mencintai, memberi nasihat dan mengayomi).
• Pondok jodo panjang baraya (siapapun walopun jodo kita tetap persaudaraan harus tetap dijaga)
• Ulah ngaliarkeun taleus ateul (jangan menyebarkan isu hoax, memfitnah, dlsb).
• Bengkung ngariung bongok ngaronyok (team works & solidarity dalam hal menghadapi kesulitan/ problems/ masalah harus di solve bersama).
• Bobot pangayun timbang taraju (Logic, semua yang dilakukan harus penuh pertimbangan fairness, logic, common sense, dlsb)
• Lain palid ku cikiih lain datang ku cileuncang (Vision, Mission, Goal, Directions, dlsb... kudu ada tujuan yg jelas sebelum melangkah).
• Kudu nepi memeh indit (Planning & Simulation... harus tiba sebelum berangkat, make sure semuanya di prepare dulu).
• Taraje nangeuh dulang pinande (setiap tugas harus dilaksanakan dengan baik dan benar).
• Ulah pagiri- giri calik, pagirang- girang tampian (jangan berebut kekuasaan).
• Ulah ngukur baju sasereg awak (Objektivitas, jangan melihat dari hanya kaca mata sendiri).
• Ulah nyaliksik ku buuk leutik (jangan memperalat yang lemah/ rakyat jelata)
• Ulah keok memeh dipacok (Ksatria, jangan mundur sebelum berupaya keras).
• Kudu bisa kabulu kabale (Gawul, kemana aja bisa menyesuaikan diri).
• Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih (Research & Development, Ngulik, Ngoprek, segalanya harus pakai akal dan harus terus di ulik, di teliti, kalo sudah diteliti dan dijadikan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan).
• Cai karacak ninggang batu laun laun jadi dekok (Persistent, keukeuh, semangat pantang mundur).
• Neangan luang tipapada urang (Belajar mencari pengetahuan dari pengalaman orang lain).
• Nu lain kudu dilainkeun nu enya kudu dienyakeun (speak the truth nothing but the truth).
• Kudu paheuyeuk- heuyeuk leungeun paantay-antay tangan (saling bekerjasama membangun kemitraan yang kuat).
• Ulah taluk pedah jauh tong hoream pedah anggang jauh kudu dijugjug anggang kudu diteang (maju terus pantang mundur).
• Ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salogak (Kompak/ team work).



2. Hubungan Dengan Tuhan (Yang Maha Kuasa)

• Mulih kajati mulang kaasal (semuanya berasal dari Yang Maha Kuasa yang maha murbeng alam, semua orang akan kembali keasalnya).
• Dihin pinasti anyar pinanggih (semua kejadian telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa yang selalu menjaga hukum-hukumnya).
• Melak cabe jadi cabe melak bonteng jadi bonteng, melak hade jadi hade melak goreng jadi goreng (Hukum Yang Maha Kuasa adalah selalu menjaga hukum-2nya, apa yang ditanam itulah yang dituai, kalau kita menanam kebaikan walaupun sekecil elektron tetep akan dibalas kebaikan pula, kalau kita menanam keburukan maka keburukan pula yg didapat.... kira-2 apa yang sudah kita tanam selama ini sampai-2 Indonesia nyungseb seeeeeb ;))? )
• Manuk hiber ku jangjangna jalma hirup ku akalna (Gunakan akal dalam melangkah, buat apa Yang Maha Kuasa menciptakan akal kalau tidak digunakan sebagai mestinya).
• Nimu luang tina burang (semua kejadian pasti ada hikmah/ manfaatnya apabila kita bisa menyikapinya dengan cara yang positive).
• Omat urang kudu bisa ngaji diri (kita harus bisa mengkaji diri sendiri jangan suka menyalahkan orang lain)
• Urang kudu jadi ajug ulah jadi lilin (Jangan sampai kita terbakar oleh ucapan kita, misalnya kita memberikan nasihat yagn baik kepada orang lain tapi dalam kenyataan sehari- hari kita terbakar oleh nasihat-2 yang kita berikan kepada yang lain tsb, seperti layaknya lilin yang memberikan penerangan tapi ikut terbakar abis bersama api yang dihasilkan).
• dlsb.

3. Hubungan Dengan Alam

- Gunung teu meunang di lebur, sagara teu meunang di ruksak, buyut teu meunang di rempak (Sustainable Development ~ Gunung tidak boleh dihancurkan, laut tidak boleh dirusak dan sejarah tidak boleh dilupakan... harus serasi dengan alam.).
- Tatangkalan dileuweung teh kudu di pupusti (Pepohonan di hutan ituh harus di hormati, harus dibedakan istilah dipupusti (dihormati) dengan dipigusti (di Tuhankan) banyak yang salah arti disini).
- Leuweung ruksak, cai beak, manusa balangsak (hutan harus dijaga, sumber air harus dimaintain kalo tidak maka manusia akan sengsara).

Situ Lemona

Situ lemona - Sebenarnya sih untuk ukuran danau mah masih terlalu kecil namun lebih pas disebut 'situ' kali yaaa?
hhmmmm, kurang lebih setahun yang lalu, jadi nelayan dadakan..
kaku + takut + suka cita bercampur aduk ketika mulai naik perahu dayung
Ripan yang dengan bobotnya hampir sama dengan 'atun' c doel anak sekolahan wajah nya sangat pucat terlihat.
hanya bisa tertawa mengingat nya :-)





Pangandaran

Parasidonya ala abak-anak benalu hehe (jangan tersungging disebut benalu) :-)
untuk dokumentasi yang ini seakan terasa sulit untuk menuangkan kenangan ke dalam sebuah ceita tulis. sing penting untuk bayu, dian, aris, yogi, ipan, dan bunda vina terimakasih untuk segalanya yang masih berbekas di dalam hati.








Pinus

langit cerah di sekitar pinus
udara sejuk di temani suara burung pipit yang beterbangan
berbalas suara gaang menggelitik telinga
menghiasi indahnya di sore hari
sepintas terlihat rusa dalam kandang
mulai sembunyi di balik pepohonan
terlihat malu tatkala dihampiri
suasana ini membuat kerasan
ingin rasa bertahan dalam waktu lama
namun gelap memisahkan
yang tak mungkin untuk bertahan







19/02/11

Falsafah Sunda

Dalam perbincangan ringan yang berisi tentang “Kasundaan” banyak disitir tentang falsafah sunda, namun tak pula dapat dipungkiri jika pandangannya berupa aktualisasi dari nilai-nilai yang pada saat itu dianggap benar, bahkan menganggap masalah kasundaan sebagai sesuatu yang tak perlu diperbicangkan lagi, bahkan prehistoris. Saya kadang bertanya tentang sumber dari falsafah “Sunda” itu sendiri, apakah dari nilai dan aktualisasi keyakinan para petuturnya atau memang ada rujukan yang bisa dijadikan indikator. Masalah rujukan tentu menjadi lingkaran setan. Terutama ketika disadari bahwa pengaruh jaman dan perubahannya niscaya menjadi factor lain keberadaannya.

Saya agak terhenjak ketika membaca Web-nya Pak Ayip Rosidi (baca : http://ajip-rosidi.com) tentang sumber dan indikator dari falsafah sunda. Memang beliau sangat sistimatik. Sama dengan cara para ilmuwan menguraikan tentang suatu ilmu, yakni logis dan rational.

Dalam prakteknya sumber-sumber dan acuan nilai tidak selamanya ditemukan dalam sumber dan data ilmiah. Karena patut disadari juga bahwa pencarian sejarah sunda pun harus melingkar dan masuk dari aras lain, seperti cerita-cerita lisan masyarakat, dalam karya sastra, pantun dan dongeng-dongeng rakyat, bahkan ada yang mengambil dari forum supranatural dan spiritual. Memang cara ini ada sisi lemahnya, karena muatan sejarah menjadi tertambahkan atau terkurangi.

Nakh, untuk mengetahui tentang Falsafah sunda, saya sajikan makalahnya Pak Ayip Rosidi. Mudah-mudahan dapat mengantarkan pada pemahaman tentang pengetahuan pandangan hidupnya “Urang Sunda”, seperti berikut ini.


-o0o-



Kajian tentang Falsafah Sunda
Oleh : Ajip Rosidi
----------------------------------------
Panitia meminta saya berbicara tentang “Kajian Sejarah dan Falsafah Sunda”. Sejarah dan Falsafah adalah dua bidang kajian yang berlainan dan masing-masing memerlukan keahlian sendiri, sedangkan saya bukan ahli dalam keduanya. Saya mau menerima permintaan Panita, namun hanya mengenai salah satu bidang saja, ialah tentang Falsafah Sunda. Bukan karena saya merasa tahu tentang falsafah Sunda, melainkan karena belakangan ini saya dengar banyak sekali orang yang berbicara tentang “falsafah Sunda” yang menimbulkan tandatanya pada diri saya. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan “falsafah Sunda”? Yang saya tangkap kalau saya dengar orang berbicara atau menulis tentang “fasafah Sunda” hanyalah pikiran-pikiran orang itu sendiri yang sering tidak rasional, tidak sistimatis dan tidak jelas metodologinya. Biasanya merupakan campuran mitos, mistik dan kirata basa saja. Ngawur!

Panitia sendiri menulis dalam Term of reference-nya, bahwa “Sunda dan kesundaan sangat kaya akan pelajaran dan falsafah hidup.” Tidak tahu dari mana kesimpulan itu diperolehnya. Saya sendiri sampai sekarang tidak berhasil menemukan “kekayaan” itu. Banyak hal yang dibanggakan sebagai milik orang Sunda atau warisan dari karuhun Sunda, setelah dikaji agak mendalam ketahuan bawa sebenarnya hanya cangkokan saja dari India, dari Jawa, atau dari Islam. Pencangkokan yang sering tidak pula dilakukan secara profesional.

“Falsafah” atau “palasipah”, “filsafah”, “filsafat” artinya sama dengan istilah “philosophy” dalam bahasa Inggris. Menurut The Oxford Companion to Philosophy (ed. Ted Honderich, New York, Oxford University Press, 1995), definisi “philosophy” yang paling singkat dan tepat ialah berpikir tentang berpikir (thinking about thinking). Adapun definisi yang lebih rinci menurut buku itu ialah: berpikir secara kritis dan rasional, secara kurang lebih sistimatis mengenai keadaan umum dunia (metafisik atau tiori tentang eksistensi), pembenaran atas kepercayaan (epistemologi atau teori tentang ilmu pengetahuan) serta cara hidup sehari-hari (etika atau teori nilai).

Apakah orang Sunda mempunyai tradisi berpikir tentang berpikir? Pertanyaan sederhana ini susah dijawab, karena dalam tradisi filsafah, berpikir itu tidak hanya yang dilakukan dalam kepala seseorang, melainkan harus ditulis, sehingga bukan saja dapat diketahui oleh orang yang tidak berkenalan langsung dengan orang itu, melainkan juga kebenaran dan ketelitiannya dapat diukur dan diuji setiap saat. Harus diakui bahwa tradisi menulis di kalangan orang Sunda, walaupun ada naskah bahasa Sunda yang berasal dari abad ke-16 dan sejak abad ke-19 banyak sekolah didirikan di Tatar Sunda sehingga orang Sunda termasuk yang pertama mendapat kesempatan untuk menuliskan bahasa ibunya dengan huruf Latin dan menggunakannya dalam buku-buku yang tercetak, namun kebiasaan menulis, apalagi menuliskan pikiran-pikiran secara kritis dan rasional mengenai eksistensi kehidupan, dan mengenai teori ilmu pengetahuan tidak pernah berkembang. Yang kita temui dalam naskah-naskah kuna Sunda terutama tentang etika. Hal itu nampak dalam naskah-naskah yang ditulis dalam bahasa dan huruf Sunda Kuna - yang sekarang hanya bisa dibaca dan dimengerti oleh beberapa orang saja, tidak akan lebih dari 10 orang! Begitu juga dalam naskah-naskah yang lebih kemudian yang ditulis dalam bahasa Sunda dengan huruf Pegon, huruf Hanacaraka, maupun dengan huruf Latin. Sejak abad ke-19, orang Sunda menuliskan bahasa Sunda yang diterbitkan berupa buku, tetapi seperti juga naskah-naskah isi buku-buku itu kebanyakan berupa cerita atau uraian tentang agama. Hampir tidak ada yang bersifat hasil pemikiran, apalagi yang kritis! Bersikap kritis dalam masyarakat Sunda dianggap kurang ajar. Henteu Nyunda.

Satu-satunya kekecualian mungkin hanyalah H. Hasan Mustapa (1852-1930) yang banyak menuliskan renungan dan pendapatnya yang kritis, terutama dalam bentuk puisi, walaupun banyak juga yang berbentuk prosa. Tetapi karya-karyanya kebanyakan disalurkan melalui cara pesantrén tradisional, yaitu beredar dengan disalin melalui tulisan tangan dari seorang kepada yang lainnya. Hanya tiga buah karyanya yang dicetak selama hidupnya yaitu Bab Adat Urang Priangan jeung Sunda Lianna ti Éta (1913) dan Buku Leutik Pertélaan Adat Jalma-jalma di Pasundan (1916). Keduanya merupakan deskripsi étnografis, bukan hasil renungan dan pemikirannya. Yang satu lagi, walaupun terbit ketika HHM masih hidup, namun disusun oleh W.A. (Wangsaatmadja), berjudul Balé Bandung (1924), yang merupakan kumpulan surat-menyurat antara HHM dengan Kiai Kurdi dari pesantrén Sukawangi, Singaparna. Surat-menyurat itu terutama membahas masalah ketuhanan (tauhid) dalam bentuk puisi rakyat.

Di samping itu masih dapat dipersoalkan apakah ada “falsafah” sesuatu bangsa atau suku bangsa? Kalau kita berbicara tentang falsafah Yunani misalnya, yang muncul adalah pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh banyak filosof: Sokrates, Plato, Aristoteles, Anaxagoras, Aristippus, Protagoras dll. Di samping itu ada juga falsafah Yunani modern yang berkembang pada zaman modern yang juga diwakili oleh banyak pemikir yang tidak selalu sejalan seperti Peter Vrailas-Armenis, Konstantine Tsatsos, Panayotis Kanellopoulos, Teophilos Voreas, Christos Androutsos dll. Keseluruhan pemikiran para filosof itulah yang membangun apa yang disebut “falsafah Yunani”. Di antara mereka pemikirannya bukan saja tidak selalu sejalan, melainkan sering juga bertentangan satu sama lain. Jadi bukan hanya satu macam pemikiran yang bulat menjadi hasil pemikiran orang Yunani. Hal yang sama terjadi juga kalau kita mau berbicara tentang “falsafah Cina”, “falsafah India”, “falsafah Jepang”, dll. Yang dimaksud selalu berarti seluruh pemikiran yang timbul di masing-masing negara itu dan tidak selalu merupakan kesatuan yang bulat, karena terdapat perbedaan bahkan pertentangan paham satu sama lain. Dengan demikian “falsafah orang Sunda” harusnya terdiri dari semua pemikiran yang dikemukakan orang Sunda selama sejarahnya tentang hidup, tentang mati, tentang seni, tentang agama dll. Masalahnya ialah karena orang Sunda tidak (banyak) meninggalkan naskah tertulis mengenai hal itu, sehingga kita sulit menjejakinya.

Kalau kita hendak berbicara tentang “filsafah Sunda” atau “falsafah orang Sunda”, kita tidak akan banyak menemukan hasil pemikiran orang Sunda yang tertulis. Memang pemikiran manusia tidak hanya dalam bentuk tulisan saja. Yang lisan pun bukannya tidak berharga. Tradisi lisan menurunkan pemikiran nenek moyang kepada anak cucunya melalui berbagai cara. Niscaya orang Sunda terutama mempergunakan cara lisan dalam menyampaikan kearifan hidupnya, karena tradisi tulisan belum melembaga dalam masarakat. Tapi sejak beberapa dasawara lembaga-lembaga lisan yang dahulu menjadi cara menurunkan kearifan hidup orang Sunda sudah tidak berfungsi lagi. Kearifan hidup dari nenek moyang tidak lagi disampaikan kepada anak cucu, karena masarakat Sunda mengalami perubahan yang sangat mendasar. Hanya sebagian kecil saja kearifan nenek moyang orang Sunda yang sempat dicatat dan dengan demikian tersimpan. Itu pun tidak dapat disalurkan untuk diketahui oleh anak-cucunya, karena lembaga-lembaga pendidikan dan komunikasi yang sekarang dikenal tidak memberi tempat untuk hal-hal demikian. Artinya kalaupun ada apa yang disebut “falsafah Sunda”, namun hampir tidak dikenal lagi oleh komunitas manusia yang sekarang disebut orang Sunda. Karena “falsafah” itu merupakan pandangan tentang hidup (dan juga tentang mati) yang dianut seseorang atau sekelompok orang, maka kadang-kadang “falsafah” diartikan sama dengan “pandangan hidup”. Istilah “pandangan hidup orang Sunda” pernah dijadikan kajian satu tim peneliti yang dilaksanakan kl. 20 tahun yl.

Proyék Sundanologi ketika dipimpin oleh Prof. Dr. Édi Ékadjati pada paruh kedua tahun 1980-an mengadakan penelitian tentang “Pandangan hidup Orang Sunda” dan menghasilkan tiga judul buku yang masing-masing dikerjakan oleh tim peneliti yang berlain-lainan. Yang pertama Pandangan Hidup orang Sunda seperti tercermin dalam Tradisi lisan dan Sastra Sunda (1987) yang ditulis oleh Tim yang dipimpin oleh Prof. Dr. Suwarsih Warnaén dengan anggota Dr. Yus Rusyana, Drs. Wahyu Wibisana, Drs. Yudistira K. Garna dan Dodong Djiwapradja SH. Yang kedua sama judulnya (1987), hanya dengan keterangan tambahan “Konsistensi dan Dinamika” dan walaupun Ketua Tim tetap, namun anggotanya berubah menjadi Dodong Djiwapradja SH, Drs. H. Wahyu Wibisana, Drs. Kusnaka Adimihardja MA, Dra Nina Herlina Sukmana dan Dra Ottih Rostoyati. Sedang yang ketiga judulnya berubah menjadi Pandangan Hidup Orang Sunda seperti tercermin dalam kehidupan Masyarakat Dewasa Ini (1988/1989) dengan Tim yang terdiri dari Dr. Yus Rusyana, Drs. Yugo Sariyun MA, Dr. Edi S. Ekadjati, dan Drs. Undang Ahmad Darsa.

Ketiga buku itu sampai sekarang merupakan hasil kajian yang boleh dikatakan cukup mendalam tentang pandangan hidup orang Sunda, baik yang tertulis dalam naskah-naskah dan buku-buku, maupun yang terdapat dalam tradisi lisan dan berdasarkan hasil wawancara terhadap orang-orang Sunda dewasa ini - yaitu pada masa penelitian itu dilangsungkan kl. 20 tahun yl. Penelitian tahap I sampai pada kesimpulan yang ternyata konsisten dengan hasil penelitian pada tahap II, namun kesimpulan pada tahap III menunjukkan terjadi pergeseran-pergeseran dalam berbagai hal.

Dalam kesempatan ini saya ingin menjadikan hasil penelitian itu sebagai pegangan kita dalam mencari jawaban atas pertanyaan apa dan bagaimana gerangan yang disebut “falsafah Sunda” tanpa terjebak dalam persoalan apakah istilah “falsafah” yang dimaksud oleh Panitia sama dengan istilah “pandangan hidup”, tidakkah “pandangan hidup” lebih sempit dari “falsafah” dan sebagainya.

Penelitian tentang Pandangan hidup Orang Sunda seperti tercermin dalam tradisi lisan dan sastera Sunda, dibagi menjadi lima kelompok, yaitu:

1. pandangan hidup tentang manusia sebagai pribadi;
2. pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan masyarakat;
3. pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan alam;
4. pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan Tuhan;
5. pandangan hidup tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah.

Pada tahap pertama penelitian dilakukan terhadap tradisi lisan dan sastera Sunda, yaitu yang berupa ungkapan tradisional, carita pantun Lutung Kasarung, naskah Sanghyang Kanda ng Karesian, sawér pangantén, roman Pangéran Kornél (1930) dan Mantri Jero (1928) karya R. Méméd Sastrahadiprawira. Pada tahap kedua penelitian dilakukan terhadap uga, Bab Adat Urang Priangan jeung Sunda lian ti éta (1913) karya H. Hasan Mustapa, cerita-cerita si Kabayan, cerita rakyat (yang sudah dibukukan), roman Rusiah nu Goréng Patut (1928, harusnya 1927) karya Yuhana, Lain Éta (1934) karya Moh. Ambri, Maot dina Dahan Jéngkol (1986) karya Ahmad Bakri.

Menurut kesimpulan para peneliti, tidak banyak berbeda hasil penelitian tahap I dan tahap II, kecuali bahwa penelitian tahap I memberikan gambaran tentang pandangan hidup orang Sunda golongan élit, sedangkan penelitian tahap II memberikan gambaran tentang pandangan hidup orang Sunda kebanyakan (balaréa).

Penelitian tahap III dilakukan dengan mengajukan kuesioner kepada sejumlah orang Sunda kontemporer (yang hidup pada waktu penelitian dilangsungkan), sebagai sampel diambil beberapa wilayah di Tatar Sunda, ialah Kotamadya Bandung, Sumedang Kota, Cianjur Kota, Sumedang pedesaan, Garut pedesaan, Tasikmalaya pedesaan dan Sukabumi pedesaan. Semua responden dari seluruh wilayah jumlahnya 7 X 48 orang = 336 orang, berusia antara 17 - 60 tahun, baik orang yang mampu maupun yang tidak mampu, baik pegawai negeri atau pun bukan. Tim peneliti menganggap bahwa sampel 336 orang itu representatif mewakili orang Sunda masa penelitian dilakukan yang jumlahnya pasti di atas 20 juta orang.

Ternyata pada umumnya pandangan hidup orang Sunda kontemporer itu umumnya masih tetap sama dengan pandangan hidup orang Sunda hasil penelitian tahap I dan tahap II, kecuali pada beberapa hal terjadi pergeseran bahkan perubahan.

Secara singkat, akan saya rumuskan isi hasil penelitian tersebut sebagai berikut:

1. Pandangan hidup tentang manusia sebagai pribadi
Orang Sunda berpandangan bahwa manusia harus punya tujuan hidup yang baik, dan senantiasa sadar bahwa dirinya hanya bagian kecil saja dari alam semesta. Sifat-sifat yang dianggap baik al. harus sopan, sederhana, jujur, berani dan teguh pendirian dalam kebenaran dan keadilan, baik hati, bisa dipercaya, menghormati dan menghargai orang lain, waspada, dapat mengendalikan diri, adil dan berpikiran luas serta mencintai tanahair dan bangsa. Untuk mempunyai tujuan hidup yang baik, harus punya guru yang akan menuntunnya ke jalan yang benar. Guru dihormati dalam masyarakat Sunda. Bahkan Tuhan Yang Maha Esa juga disebut Guru Hyang Tunggal. Dalam naskah Siksa Kandang Karesian dikatakan bahwa orang dapat berguru kepada siapa saja. Dianjurkan agar bertanya kepada orang yang ahli dalam bidangnya. Teladani orang yang berkelakuan baik. Terimalah kritik dengan hati terbuka. Ambil manfaatnya dari teguran dan nasihat orang lain.


2. Pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan masyarakat
Tujuan hidup yang dianggap baik oleh orang Sunda ialah hidup sejahtera, hati tenang dan tenteram, mendapat kemuliaan, damai, merdeka dan mencapai kesempurnaan di akhirat. Sejahtera berarti hidup berkecukupan. Tenang dan tenteram berarti merasa bahagia. Mendapat kemuliaan berarti disegani dan dihormati orang banyak, terhindar dari hidup hina, nista dan tersesat. Hidup damai artinya rukun, akrab dengan tetangga dan lingkungan. Orang yang merdeka artinya terlepas dari ujian dan terbebas dari hidup tanpa tujuan. Dan kesempurnaan akhirat ialah terhindar dari kema’siatan dunia dan ancaman neraka di akhirat.

Untuk mencapai tujuan hidup itu orang harus taat kepada ajaran-ajaran karuhun, pesan orangtua dan warisan ajaran yang tercantum dalam cerita-cerita pantun, dan yang berbentuk naskah seperti Siksa Kandang Karesian. Ajaran-ajaran itu punya tiga fungsi: (1) sebagai pedoman dalam menjalani hidup; (2) sebagai kontrol sosial terhadap kehendak dan nafsu yang timbul pada diri seseorang dan (3) sebagai pembentuk suasana dalam masyarakat tempat seseorang lahir, tumbuh dan dibesarkan yang secara tak sadar meresap ke dalam diri semua anggota masyarakat.

Semangat bekerjasama dalam masyarakat harus dipupuk dan dikembangkan. Harus saling hormat dan bertatakrama, sopan dalam berkata, sikap dan kelakuan. Harus saling sayangi sesama anggota masyarakat.

3. Pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan alam
Orang Sunda beranggapan bahwa lingkungan alam memberikan manfaat yang maksimal kepada manusia apabila dijaga kelestariannya, dirawat serta dipelihara dengan baik dan digunakan hanya secukupnya saja. Kalau alam digunakan secara berlebihan apalagi kalau tidak dirawat dan tidak dijaga kelestariannya, maka akan timbul malapetaka dan kesengsaraan.

Dalam Siksa Kandang Karesian misalnya terdapat ungkapan, “makan sekedar tidak lapar, minum sekedar tidak haus, berladang sekedar cukup untuk makan, dll. ” yang berarti tidak boleh berlebihan. Orang Sunda dianjurkan agar “siger tengah” atau “siniger tengah”, yaitu tidak kekurangan tetapi tidak berlebihan. Samasekali bukan untuk kemewahan, melainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan demikian tidak menguras atau memeras alam secara berlebihan, sehingga terjaga kelestariannya.

4. Pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan Tuhan
Sejak pra-Islam, orang Sunda percaya akan adanya Tuhan dan percaya bahwa Tuhan itu Esa. Meskipun pernah memeluk agama Hindu, namun dewa-dewa Hindu ditempatkan di bawah Hyang Tunggal, Guriang Tunggal atau Batara Tunggal. Tuhan Maha Mengetahui, mengetahui apa yang diperbuat mahlukNya, karena itu manusia wajib berbakti dan mengabdi kepada Tuhan. Tuhan disebut juga Nu Murbéng Alam (Yang Menguasai Alam), Nu Mahawisésa (Yang Mahakuasa), Nu Mahaasih (Maha Pengasih), Gusti Yang Widi (Yang Maha Menentukan), Nu Mahasuci (Yang Maha Suci), dll. Tuhan menghidupi mahlukNya, memberi kesehatan, memberi rizki dan mematikannya pada waktunya.

5. Pandangan hidup tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah.
Orang Sunda menghindari persaingan, lebih mengutamakan kerjasama untuk kepentingan bersama. Lebih menghargai musyawarah. Bekerja keras dan tidak mudah menyerah. Lebih mengutamakan mutu hasil kerja daripada kecepatan menyelesaikannya. Tidak menunda pekerjaan yang belum selesai apalagi menyerahkannya kepada orang yang bukan ahlinya. Mau mengerjakan yang baik meskipun pekerjaan kasar. Kesehatan dipelihara, makan cukup, pakaian bersih dan pantas, punya kedudukan, punya harta kekayaan. Tidak buru-buru menerima yang baru yang belum tentu baik dan tidak mudah meninggalkan yang berharga warisan nenekmoyang. Memperlihatkan rasa tanggungjawab, tidak boros, selalu mengukur keinginan dan keperluan dengan penghasilan, dan selalu hidup sederhana. Kreatif mencari lapangan kerja sendiri dan percaya pada kekuatan sendiri, menyesuaikan diri dengan lingkungan, dengan perkembangan zaman dan dengan kebiasaan yang berlaku di tempat hidupnya. Berusaha mencapai hari depan yang lebih baik. Mempelajari ilmu sampai mendasar sehingga dapat diamalkan.

Pergeseran dan perubahan
Dari hasil penelitian tahap III yang berupa kuesioner terhadap sejumlah sampel, di sejumlah daerah, terlihat adanya nilai-nilai yang tetap dipertahankan, ada yang bergeser dan ada pula yang berubah. Pada pandangan hidup manusia sebagai pribadi terdapat pergeseran mengenai pantangan (harus ada alasan yang masuk akal), hidup berkumpul dengan keluarga, membela kehormatan, hidup selamat dan hidup sederhana. Pandangan semula tidak ditolak sama sekali, tetapi disesuaikan dengan perkembangan zaman. Yang mengalami perubahan adalah mengenai bicara arif, bertindak hati-hati, ramah kepada pedatang, pengalihan kebiasaan dan tentang hidup yang dicita-citakan. Orang bicara tak usah lagi malapah gedang, lebih baik blak-blakan, tak usah terlalu menenggang perasaan orang lain. Terhadap para pedatang, sekarang menjadi harus waspada. Kebiasaan dirubah sesuai dengan kebutuhan, misalnya kebiasaan menanam padi, kalau ternyata memelihara ikan lebih menguntungkan, maka kebiasaan itu ditinggalkan.

Pada pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan masyarakat, cenderung terjadi pergeseran dan perubahan dalam semua hal. Misalnya tentang membantu anggota keluarga yang miskin, sewaktu-waktu dan seperlunya saja, jangan sampai yang ditolong meng-gantungkan diri pada orang lain. Terhadap orang tua tidak lagi menuruti segala keinginan dan nasihatnya, bergeser menjadi asal tidak melupakan dan menghargai jasa-jasanya. Dalam menghadapi hal yang tidak disetujui, kalau semula diam, sekarang menyatakan pendapat dan merundingkannya, bahkan memerotesnya. Yang berubah ialah tentang perkawinan dengan orang daerah lain (menjadi terbuka), tentang tugas isteri terhadap suami (menjadi setara sebagai teman hidup).

Pada pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan Tuhan, terjadi penguatan dan pergeseran. Kepercayaan orang Sunda akan Tuhan dan akan keesaan Tuhan, sekarang menjadi lebih kuat. Keyakinan akan Tuhan Mahakuasa kian kuat. Manusia harus berusaha dan berdo’a tapi pasrah akan hasilnya. Pendidikan agama dianggap kian penting baik di rumah, di sekolah, di madrasah, maupun di masjid. Yang bergeser adalah yang bertalian dengan upacara adat seperti membuat sasajén, dan sikap terhadap uga.

Pandangan hidup tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah mengalami sedikit pergeseran. Umumnya nilai-nilai lama dipertahankan. Hanya kekayaan yang semula dipandang sebagai hal yang menimbulkan ketenteraman dan kebahagiaan sekarang dipandang sebagai hal yang mendorong orang untuk menyegani pemiliknya.

Dengan demikian Tim Peneliti berkesimpulan bahwa “pandangan hidup orang Sunda dengan tetap berakar pada tradisinya telah dan sedang mengalami pergeseran dan perubahan, setidak-tidaknya dialami oleh orang-orang yang menetap di kawasan sampel penelitian.

Nampak pergeseran dan perubahan ke arah pandangan yang lebih waspada, yang lebih bertauhid dalam agama, yang lebih realistis dalam bermasyarakat dan lebih memahami aturan alam.” (jilid III h. 259).

Pareumeun Obor
Melihat bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tahap I dan II, kita dapat diyakinkan bahwa hasilnya dapat dikatakan representatif mewakili alam pikiran orang Sunda seperti yang tercermin dalam tradisi lisan dan sastera Sunda - walaupun menimbulkan tandatanya mengapa dari H. Hasan Mustapa yang dijadikan bahan adalah Bab Adat Urang Priangan jeung urang Sunda Lian ti Éta saja yang merupakan deskripsi etnografis, dan tidak satu pun karyanya yang merupakan hasil pemikiran baik yang berbentuk prosa maupun yang berbentuk puisi dijadikan sumber. Tapi hal itu mungkin disebabkan karena karya-karya HHM umumnya belum diterbitkan sebagai buku - yang menimbulkan tandatanya pula karena banyak sumber lain yang berasal dari lisan malah digunakan sebagai bahan. Yang penting ternyata dalam hasil penelitian tahap I dan tahap II tidak tercermin adanya perubahan-perubahan dalam perjalanan masa, padahal bahan-bahan yang digunakan itu berasal dari masa dan lingkungan yang tidak sama. Begitu pula melihat bahwa dalam penelitian tahap III, yang dijadikan sampel hanya 336 orang, kita bertanya-tanya apakah benar telah secara representatif mewakili alam pikiran orang Sunda yang jumlahnya pasti lebih dari 20 juta, meskipun peneliti telah berusaha mengajukan kuesioner kepada orang Sunda di kota maupun di pedesaan.

Keraguan itu diperkuat ketika kita membaca hasilnya yang menimbulkan tandatanya, misalnya apakah betul hanya terjadi sedikit pergeseran dan perubahan pada pandangan hidup orang Sunda yang dirumuskan dalam penelitian tahap I dan II dengan hasil penelitian tahap III? Apakah betul pandangan hidup orang Sunda tetap berakar pada tradisinya dengan hanya mengalami pergeseran dan perubahan sedikit pada hal-hal tertentu saja ?

Misalnya bertalian dengan pandangan hidup tentang manusia sebagai pribadi, hasil penelitian tahap I dan II menyatakan bahwa a.l. “orang Sunda itu berani dan teguh pendirian dalam kebenaran dan keadilan ……berpikiran luas serta mencintai tanahair dan bangsa”. Padahal dalam kehidupan nyata di sekeliling kita sekarang, apakah kita melihat nilai-nilai tersebut dilaksanakan oleh orang Sunda? Mungkin ada orang-orang Sunda yang demikian, tetapi menurut pengamatan saya bukanlah merupakan nilai yang secara umum diperlihatkan oleh orang Sunda sehari-hari. Memang ada Tétén Masduki, ada Erry Riyana Hardjapamekas, dan beberapa orang atau beberapa puluh orang lagi, tetapi secara umum orang Sunda tidak bersikap seperti mereka. Kebanyakan merasa lebih baik memilih diam melihat kebenaran dan keadilan diperkosa. Umumnya menganggap bersikap pura-pura tidak tahu sebagai sikap yang bijaksana - alias tidak bersikap “berani dan teguh pendirian”. Nilai-nilai tersebut mungkin dijaring dari naskah kuna seperti Siksa Kandang Karesian yang ditulis pada tahun 1518, ketika kerajaan Sunda masih berdiri dan manusia Sunda masih merdeka. Tetapi setelah Tatar Sunda dijajah Mataram (sejak awal abad ke-16) dan kemudian oleh Belanda (sejak abad ke-18) dan Jepang (1942-1945), manusia Sunda menjadi manusia yang paling lama dijajah di Indonesia dan mentalnya sudah berubah menjadi mentalitas manusia jajahan, yang selalu ketakutan dan tidak berani mengemukakan pikiran sendiri karena “heurin ku létah” dan sebagai abdi dalem yang setia selalu melihat ka mana miringna bendo. Lebih mengutamakan keselamatan dan kedudukan pribadi daripada memperlihatkan sikap “berani dan teguh pendirian dalam kebenaran dan keadilan”.

Menurut Siksa Kandang Karesian orang harus menerima kritik dengan hati terbuka, tetapi kita tahu kritik dianggap tabu dalam masyarakat Sunda bahkan juga sampai sekarang. Orang yang berani mengeritik dianggap henteu Nyunda! Artinya telah terjadi pergeseran dari sikap terbuka terhadap kritik yang terdapat pada masa Siksa Kandang Karesian. Tetapi sejak kapan pergseran itu terjadi, tidak diketahui.

Peneliti agaknya tidak menangkap bahwa nilai-nilai yang dimuat dalam Siksa Kandang Karesian sudah banyak yang tidak diikuti lagi dalam kehidupan nyata orang Sunda sejak beberapa lama - mungkin beberapa abad. Hal yang dapat kita maklumi karena naskah Siksa Kandang Karesian tidak dikenal lagi oleh orang Sunda umumnya sejak beberapa abad.

Juga mengenai pandangan hidup orang Sunda tentang hubungan manusia dengan alam, kita misalnya dapat mempertanyakan tentang kesadaran untuk melestarikan alam yang harus “dirawat dan dipelihara dengan baik dan digunakan secukupnya saja”. Sudah lama kita melihat - lama sebelum pada masa reformasi orang Sunda meranjah hutan Sancang dan hutan lindung lain sehingga di Tatar Sunda sekarang hampir bisa dikatakan tidak ada lagi hutan - para pejabat orang Sunda di Bappeda memperkosa tanah subur dan sungai-sungai dengan menjadikannya sebagai kawasan industri. Suara yang mengingatkan akan bahaya yang bisa ditimbulkannya tidak pernah didengar. Nasihat Siksa Kandang Karesian tentang “makan sekedar tidak lapar, minum sekedar tidak haus, berladang sekedar cukup untuk hidup” sudah lama tidak diperhatikan. Orang Sunda sekarang kebanyakan sudah terpengaruh oleh faham kapitalistis yang serakah dan tidak pernah merasa kenyang dengan apa yang sudah didapat.

Nilai-nilai dalam pandangan hidup tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah juga sudah berubah. Mengutamakan mutu hasil kerja misalnya sudah dikalahkan oleh keinginan menghasilkan sebanyak mungkin - dengan konsekuensi mutunya menurun. Nilai tentang hidup sederhana sekarang hanya dilaksanakan karena terpaksa. Dan kalau terpaksa semua orang juga bisa, walaupun hasratnya yang menonjol adalah mencapai kehidupan duniawi yang penuh gemerlapan. Kalau perlu tanpa memperhatikan larangan-larangan yang diturunkan dari leluhurnya. Juga nilai “tidak buru-buru menerima yang baru yang belum tentu baik dan tidak mudah meninggalkan warisan nenek moyang yang berharga” tidak kelihatan lagi. Sekarang semua orang seperti berlomba-lomba menerima bahkan merebut yang baru walaupun belum tahu baik buruknya dan tidak nampak usaha untuk mempertahan kan warisan nenekmoyang yang berharga.

Pertanyaan-pertanyaan itu timbul karena memang kita sebagai orang Sunda, sebagai bangsa Indonesia, sedang mengalami perubahan sosial yang luar biasa. Perubahan yang mengguncangkan dan mencabut nilai-nilai warisan nenekmoyang yang karena perjalanan sejarah tidak dapat disampaikan secara baik dari generasi tua kepada generasi selanjutnya, baik secara lisan maupun secara tulisan. Misalnya nilai-nilai yang dikemukakan dalam Siksa Kandang Karesian, yang pada masanya menjadi pegangan orang banyak selama berabad-abad hanya secara fragmentaris saja disampaikan oleh generasi tua kepada generasi yang berikutnya. Sementara itu telah datang agama, budaya dan nilai-nilai baru dari luar yang merasuk ke dalam masyarakat baik yang di kota maupun yang di desa, baik yang termasuk golongan elit maupun yang termasuk golongan balaréa, dibawa oleh para saudagar, para penjajah, dan lain-lain. Semuanya itu mempengaruhi nilai-nilai yang dianut oleh orang Sunda dalam hidupnya dari masa ke masa. Sementara pewarisan nilai-nilai asli peninggalan nenekmoyangnya tidak berlangsung secara baik, sehingga orang Sunda sekarang seperti pareumeun obor.

Pabelan, 12 Agustus, 2006.



Sumber : [tuturussangrakean.blogspot.com]
Disadur :
Oleh : Agus Setia Permana
Dari : Kajian tentang Falsafah Sunda, Oleh Ajip Rosidi - Disampaikan sebagai Makalah Pelatihan Kepemimpinan Putra Sunda yang diadakan oleh Gema Jabar tanggal 21 Agustus 2006

Lautan Tinggal Carita

Kasarengan anu yakin moal bakal kasorang deui, kiwari tinggal carita nu masih keneh kumalayang dina emutan. Layeutna urang sarerea abring-abringan alian bring kaditu bring kadieu. mugia sing tiasa paheuyeuk-heuyeuk lengeun pa antay-antay pananangan (wahhhh caritaan tos mimiti ngawurrrrr tos heula ahhh heheh).








18/02/11

Falsafah Semar


Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengembani sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia.

Filosofi, Biologis Semar
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik”.

Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.

Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi. Semar barjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat”.

Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan dan kebenaran di bumi.

Ciri sosok semar adalah :
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua

Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya

Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Isalam di tanah Jawa.

Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual . Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.

Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .

Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya ber bunyi :

Semar (pralambang ngelmu gaib) – kasampurnaning pati.
Bojo sira arsa mardi kamardikan,
ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika
artinya “merdekanya jiwa dan sukma“,

maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”.

sumber : sukmocinarito dot blogspot dot com

17/02/11

Waktu Yang Terlupa Menabur Bencana

Distribusi normal manusia meninggal dunia (tahun) Rata-rata manusia meninggal dunia antara usia 60 thn-70thn (mayoritas) Pukul rata manusia meninggal ± 65 th

"Baligh: Start untuk seseorang di perhitungkan amal baik atau buruknya selama hidup di dunia" Laki-laki Baligh ± 15 tahun Wanita Baligh ± 12 tahun

dibawah ini adalah contoh perhitungan waktu terlupa di usia 26 tahun:

Usia Yang tersisa untuk kita beribadah kepada-Nya kita pukul rata dengan rumus : USIA SEKARANG-BALIGH= USIA TERPAKAI…………….. 26 -15 = 11 tahun

12 jam siang hari 12 jam malam hari 24 jam satuhari satu malam

Simulasi :

Mari kita tela'ah bersama………!
Waktu kita tidur ± 8 jam/hari Dalam 11 tahun waktu yang habis dipakai tidur 4015 hari x 8 jam= 32120 jam=3 tahun 7 bulan…………

di bulatkan jadi 4 tahun

Logikanya: Alangkah sayangnya waktu 4 tahun habis di gunakan untuk tidur, padahal kita akan tertidur dari dunia untuk selamanya……………………

Catatan: Yang lebih bermasalah lagi bagi mereka yang tumor alias tukang molor diusia 26 thn bisa jadi 12 jam/hari = 6 tahun habis tertidur!!! Wah mesti Hati-hati dengan penyakit "TUMOR"

Waktu aktivitas kita di siang hari ± 12 jam Dalam 11 tahun waktu yang habis dipakai aktivitas : 4015 hari x 12 jam = 48180 jam = 5 tahun

Aktivitas disiang hari: Ada yang bekerja, atau bercinta, ada yang belajar atau mengajar, ada yang sekolah atau kuliah, ada yang makan sambil jalan-jalan, ada pula yang gambling sambil maling…dan masih banyak lagi aktivitas lainnya yang tak pernah bisa disamaratakan satu dengan yang lain……..

Waktu aktivitas santai atau rilexsasi ± 4 jam Dalam 11 tahun waktu yang dipakai rileksasi 4015 hari x 4 jam= 16060 jam = 2 tahun

Realisasi rileksasi: biasanya nonton tv sambil minum kopi, ada pula yang belajar mati-matian/bikin contekan habis-habisan buat ujian, atau mungkin dihabiskan termenung di buai khayalan……

4 tahun + 5 tahun + 2 tahun = 11 tahun Plus plos/Balance

Tidur……Ngelembur…Nganggur

Lalu kapan Ibadahnya?????? Padahal manusia diciptakan-Nya tiada lain dan tiada bukan untuk semua dan segalanya hanyalah beribadah kepada-Nya, karena satu hal yang pasti kita akan kembali ke alam hakiki ILLAHI!!!!!!!!!!!!!!!!!
" Maut datang menjemput tak pernah bersahut Malaikat datang menuntut untuk merenggut
Manusia tak kuasa untuk berbicara Tuhan Maha Kuasa atas Surga dan Neraka"

Memang benar!!!!! kuliah itu ibadah, kalau niat kuliahnya untuk ibadah, lawong kita mah kuliah mau nyari ijazah, bakal nanti bekerja agar mudah mencari nafkah……………………

Memang benar!!!!!!!!! Bekerja cari nafkah itu ibadah, tapi bekerja yang bagaimana? Orang kita bekerja sikut sana sikut sini, banting tulang banting orang, tujuan utamanya cari uang buat beli barang-barang biar dipandang orang-orang…..

"jarang orang menolak untuk di puji dan di puja tatkala mereka berjaya "

Pernah kita membaca bismillah saat hendak berangkat kuliah tapi sayang hanya sekedar pernah……………

Pernah kita berniat mulia saat hendak mencari nafkah, tapi semuanya terlupa ketika melihat gemerlapnya dunia…….

Lalu kapan ibadahnya??????????????

Oh mungkin saat sholat yang 5 waktu itu dianggap cukup………..! Karena kita pikir; sholat begitu besar pahalanya, sholat amalan yang dihisab paling pertama, sholat jalan untuk membuka pintu syurga……… Kenapa kita harus cukup kalau ibadah kita hanyalah sholat kita!!!!!!

Berapa sholat kita dalam 11 tahun??????

1x sholat = ± 10 menit …..5x sholat ± 1 jam Dalam waktu 11 tahun waktu yang terpakai sholat = 4015 hari x I jam =4015 jam= ± 5 bulan

Kesimpulan:

waktu yang kita manfaatkan dalam 26 tahun di dunia cuma ± 5 bulan untuk sholat………… 5 bulan dari 11 tahun kesempatan kita….itupun belum tentu sholat kita bermakna berpahala dan di terima..Dan sekiranya sholat kita selama 5 bulan berpahala rasa-rasanya tidak sebanding dengan perbuatan dosa-dosa kita selama 11 tahun; dalam ucap kata kita yang selalu dusta, baik yang terasa maupun yang di sengaja, dalam ucap kata kita yang selalu cerca terhadap orangtua, dalam harta kaya kita yang selalu kikir terhadap orang faqir, dalam setiap laku langkah kita yang selalu bergelimang dosa…………………………

Logika dari logikanya:

Bukan satu yang tidak mungkin kita umat di akhir jaman akan berhamburan di neraka untuk mendapatkan balasan kelalaian…………………… Terlalu banyak waktu yang terbuang percuma selama manusia hidup di dunia dan semuanya itu akan menjadi bencana…………………….

Solusi:

Tiada kata terlambat walaupun waktu bergulir cepat, isilah dengan sesuatu apa yang bermanfaat!!!!!!! Ingat Akhirat…!!!

semoga bermanfaat...?
( nano-shoed dot blogspot dot com )

KKN MANTAN PRESIDEN

Menurut para ahli sejarah dan perpolitikan ternyata seluruh mantan Presiden Indonesia memang melakukan KKN, buktinya :
- Soekarno : Kanan Kiri Nyonya
- Soeharto : Kanan Kiri Nyolong
- Habibie : Kecil kecil Nekad
- Gusdur : Kanan Kiri Nuntun
- Megawati : Kanan Kiri Nyambi

ANAK MANTAN PRESIDEN
Apa hubungannya para Presiden Indonesia dengan anak-anak ;
- Soekarno : Banyak anak
- Soeharto : Sayang anak
- Habibie : Kayak anak-anak
- Gusdur : Dituntun anak
- Megawati : Pernah beranak

Kapan Negriku Makmur

Mengutip majalah The Economist, sejauh ini Indonesia diakui sebagai :
• Penghasil gas alam ke-8 terbesar dunia,
• Penghasil batu bara dan emas ke-7 terbesar di dunia,
• Penghasil tembaga dan nikel ke-5 terbesar dunia,
• Penghasil karet kedua terbesar dunia,
• Penghasil minyak sawit nomor satu dunia,
• Lantas, kenapa negeri ini tidask makmur-makmur juga ?

Konon pemimpin Thailand pernah bertanya kepada Malaikat, “Kapan negri ku akan makmur, wahai malaikat?” Menjawablah malaikat, “Masih 30 tahun lagi.”Mendengar itu, pemimpin Thailand pun menangis tersedu-sedu.

Terus, pempimpin Vietnam bertanya kepada Malaikat, “Kapan negriku akan makmur, wahai malaikat?” Menjawablah malaikat, “Masih 50 tahun lagi.”Mendengar itu, pemimpin Vietnam pun menangis tersedu-sedu.


Terakhir, pemimpin Indonesia bertanya kepada malaikat,”Kapan negriku akan makmur, wahai malaikat?”Kali ini, justru malaikatlah yang menangis tersedu.
sumber : (Iphho ‘Right’ Santosa)

10/02/11

Sawer

Tadisi sawer merupakan adat budaya sunda yang mungkin sekarang ini jarang kita jumpai dan bahkan mungkin sudah ditinggalkan. Namun bagi sebagian warga yang masih menganut adat istiadat leluhur tradisi sawer ini masih digunakan karena dianggap memiliki nilai seni yang tinggi. Berikut adalah Naskah Sawer :


CUNDUK WAKTU NINGGANG MANGSA NITIH WANCI NU MUSTARI KIWARI DATANG MANGSANA
NEPIKA WANCI RARABI NINCAK KANA ALAM ANYAR KEUR PANGANTEN JALER ISTRI
BAKAL DISAPIH KU SEPUH DIAJAR HIRUP MANDIRI KUDU MACAKAL SORANGAN HIRUP TEU CARA SASARI KUMA EMA KUMA BAPA DA PUGUH SEPUH NGABANDING
MUNGGUHING SARATNA HIRUP ENGGONING URANG RARABI ULAH REK AING-AINGAN HADE BASA KA SASAMA ULAH LUHUR PAMAKANAN GEUS TINANGTU BAGJA DIRI
PANJANG PUNJUNG LAMBAT LAMBUT TEUBIH TI RUNTIK BEREUWIT MIGUA LANA CUMARITA ADOH BAHLA PAREK RIZKI SING GUNA KEUR MASYARAKAT TANSAH TI PANGJARING GUSTI
SAKITU NU KAPIHATUR KA PANGANTEN JALER ISTRI MUGIA ANU KAWASA GUSTI SIFAT ROHMAN ROHIM SALALAMINA NANGTAYUNGAN LAHIR DUMUGINING BATHIN
AMIN YA ROBBAL ALLAMIN MUGI GUSTI NANGTAYUNGAN
PERMIOS KA SADAYANA SEPUH ANOM JALER ISTRI ABDI BADE NYAWER HEULA NUMPONAN TALI PARANTI WARISAN TI NINI AKI NU MOAL LUNTUR KU WAKTU NU DIPALAR MANGFAATNA CEPENGEUN NU LAKI RABI NU DI PAMRIH 2 x LULUS MULUS SALAMINA
Naskah Sawer ini hanya contoh kecil saja. Mungkin diantara satu tempat/daerah ke tempat lain masih ada dan banyak contoh Naskah Sawer lainnya yang belum saya ketahui dan beragam.

Si Bolang dari Cibalong

(05-02-2011) - Perjalanan kali ini berangkat dari ketidaksengajaan aliaas tanpa rencana. Bermula dari ide teman ku Bery maen kepemandian cipanas cigunung yang letak yang  di desa cigunung parung ponteng. Waktu menunjukan 13.35 WIB kami berangkat bersama 5 orang teman dengan menggunakan motor. Kurang lebih 1 jam jarak yang kami tempuh ke pemandian cigunung dengan akses jalan yang berliku. Saat diperjalan kami mengalami kesulitan dikarenakan jalannya lumayan parah berbatu dan bercadas.
Setiba dilokasi kami tidak langsung mandi hanya bermain-main air saja.
WC umum, mushola, bak pemandian, warung menjadi fasilitas pemandian air panas cigunung.
Sangat disayangkan air kolam berwarna hijau terkesan kotor dan kurang terurus serta airnya juga tidak terasa hangat/panas hanya ada saluran air hangat kecil yang mengalir ke kolam. Berbeda dengan di bak pemandian airnya bersih dan panas sekali. Berrrrrrrr panas nya sampai ke tulang. Kami pun tidak berani mandi. Nuansa belerang tercium kuat di sekitar sumber air panas yang kata si ibu rukmini pengelola pemandian tersebut disebut pusaka.
1 Jam sudah kami bermain-main dilokasi pemandian cipanas cigunung, perjalanan kami lanjutkan untuk pulang dengan menempuh jalur berbeda namun agak sedikit lebih jauh dan menanjak.
Pemandangan alam dari atas bukit gunung sangat indah dan kami sempatkan berhenti sejenak untuk foto-foto.
Udara yang sejuk diselingi suara burung yang saling bersahutan serta pemandangan sawah yang hijau menambah betah suasana. Perjalanan pulang kami lanjutkan, pukul 17.30 WIB tiba dirumah Arif.
Selesai sudah kawan perjalanan kali ini

Pernikahan YOGI VS MEISYA



Petualang cinta yogi akhirnya berlabuhdihati seorang gadis tetangga kampung rumah, meisya namanya.Jaraknya pun hanya terhalang oleh rumah kakanya ogi (beitu kawan-kawannya suka memanggil dia).
Seperti biasa Aris, Dian, Arif, Beri dan Nanoberangkat bersama-sama pukul 08.00 WIB ke resepsi pernikahannya.
setelah acara serah terima pengantin dilaksanakan, dilanjutkan dengan akad nikah.
Sekalipun proses ijab kabul sampai dua kali akhirnya jam 09.31 WIB resmilah sudah meisya menjadi istrinya yogi teriring sorak dan tepuk tangan dari keluarga dan hadirin yang hadir.
Raut wajah yang ceria terlihat dari sepasang pengantin dan keluarga terutama sang ibu tercinta...
Singkat cerita setelah acara sungkem dan sawer kami pun langsung tancap gas mengisi perut yang sudah keroncongan dari tadi diiringi musik dangdut dan artis lokal hehehe
Namun kami pun tidak sampai selesai mengikuti acara pernikahannya dan kami pulang lagi ke rumah arif setelah foto-foto bareng yang seperti biasa selalu dipenuhi dengan canda.
Selanjutnya, siapa yang akan lebih dulu menyusul ???kita lihat saja nanti kawan :-)

09/02/11

Persahabatan

Apa itu persaudaraan??
Apa itu silaturahmi??
Apa itu persahabatan??

Lingkar (sebut saja begitu adopsi buku ippho santosa) mengartikan itu semua sebagai unsur yang saling berkaitan dan tidak dapat terpisahkan.satu dengan lainnya. Kesemuanya itu adalah sesuatu hal yang sifatnya natural.. Sebagai makhluk social yang tentunya tidak akan terlepas dari ketergantuangan terhadap makhluk lainnya. Tanpa megabaikan perannya sebagai makhluk individu dan makhluk Tuhan.
Tidak dapat dipungkiri persahabatan, persaudaraan, serta tali silaturahmi akan menjadi jembatan turunnya rahmat dan keajaiban Sang Pencipta Alam Semesta.

Sampai kapan ke-tiga unsur tersebut dapat terpisahkan dalam hidup,,???
Sampai menulis coretan ini pun, Lingkar sendiri belum dapat menjawabnya.
Yang jelas, baginya persahabatan adalah bukan transaksi jual beli yang selalu memperhitungkan untung rugi. Baginya pula sahabat adalah rumah ke-2 setelah keluarga, tempatnya berkeluh kesah dikala hatinya sedang gundah, tempatnya mengadu segala macam kesulitan-kesulitan yang ia hadapi setelah sang Kholiq, tempatnya mencari solusi dan jalan keluar tentunya setelah Sang Maha Pencerah.
Paling tidak ia menganggap sahabat adalah orang-orang yang sedia nya bisa duduk dan bersedia jadi pendengar yang baik.
Baginya sudah teramat besar peranan yang telah sahabat berikan.
Disadari atau tidak persahabatan banyak memegang peranan penting dalam pembentukan karakter serta pengetahuan pola pikr seseorang sekalipun memang tidak keseluruhan. Tidak ada yang lebih penting dalam pembentukan itu semua adalah kembali pada sosok orangtualah yang paling mendominasi.
Sungguh sangat indah nilai persaudaraan. Dan akan lebih sangat bernilai jika dalam suasana persahabatan melahirkan sesuatu yang baru, sesuatu yang banyak memberikan manfaat untuk sahabat-sahabat dan atau manusia yang lainnya tidak semata numpang cari kehidupan, lebih jauhnya lagi bisa menghidupkan persahabatan. Sekalipun memang banyak terdapat keterbatasan-keterbatasan yang tidak bisa dihindari dan tak bisa ditangguhkan. Keanekaragaman keterbatasan itulah bias berubah jadi“BIO MIWON” (penyedap rasa dalam hidangan persahabatan)”. (emangnya tutug oncom pake penyedap rasa ?hanya mang "Enceng" lah yang tau hehe)

Memang, persahabatan tidak selalu berjalan dengan mulus, banyak terjadi pergeseran dan pasang surut di dalam nya. Toh kesemuanya itu bukanlah sesuatu yang berarti bahkan sekali-kali diperlukan demi terbina nya saling pengertian antara sahabat yang satu dengan sahabat yang lainnya.
Sebagai contoh kasus yang dialami Lingkar, menjadikan pengalaman pribadinya dengan salah satu sahabatnya (yang tidak bisa disebutkan namanya). Memotivasinya untuk lebih menunjung nilai persahabatan.
Pepatah mengatakan “sesuatu akan sangat berarti jika kamu pernah merasa kehilangan” Sepertinya berlaku dalam kehidupan persahabatan Lingkar.
Bagaimana tidak merasakan kehilangan, persahabatan yang dibina sekian tahun ternyata bisa luntur seketika.
Disadari Lingkar, ternyata yang menjadi factor penyebabnya adalah diri Lingkar sendiri yang tak bisa membedakan mana botol dan mana tutup botol (mencoba introspeksi), atau bahasa kerennya berprilaku dan memperlakukan sama seperti ketika masih di bangku sekolah dengan keadaan sekarang. Kurang lebih seperti itu. Sebagai sahabat, tentunya sudah mengenal karakter sahabat masing-masing toh bukan baru kenal dalam hitungan hari. Seyogyanya sudah harus saling memahami karakter masing-masing sahabat tersebut.
Sadar akan kesalahan itu, Lingkar mengirim pesan maafnya lewat salah satu situs jejaring social tapi tidak dibalas, mengirim permintaan maaf kedindingnya diabaikan bahkan daftar pertemanan sampe dihapusnya.
Separah itukah kesalahan Lingkar sampe-sampe sahabatnya bereaksi berlebihan (menandakan kemungkinan tidak mau lagi menganggap teman).

Padahal Lingkar menganggap perkataannya di status sahabatnya itu masih dianggap wajar (mencoba membela diri) hehe,
Ya sudahlah…(mencoba bersikap pasrah sekailpun dalam hati berharap masih bisa diperbaiki)
Sempat pula, dalam beberapa malam menganggu tidurnya.
Mungkin ini adalah sebab akibat (mencoba lagi introspeksi), apa yang kalian berikan itulah yang akan kalian dapatkan, pepatah itu seolah-olah menampar wajah Lingkar yang kusut kaya baju yang belum disetrika belum lagi bau apek. hehe
Singkat kata, Lingkar tidak ingin kejadian ini terulang untuk sahabat-sahabat yang lain yang pernah, sedang dan akan menghiasi perjalanan hidupnya. Lingkar tidak ingin kehilangan sahabatnya untuk yang ke 2, 3, 4, . . . 1000, dan bahkan lebih. Dalam hatinya Lingkar mencoba menanamkan suatu prinsip untuk diterapkan dalam hidupnya: “jangan lah berpikir apa yang telah kamu dapatkan dari persahabatan, tapi aya yang telah kamu berikan untuk persahabatan”.
Bahkan lebih jauh lagi Lingkar punya mimpi bahwa perjalanan persahabatannya ingin seperti “The Beatles Versi Lingkar”
(Sekumpulan minoritas yang terjun ke ‘hutan’, dan menaklukannya secara bersamaan dengan caranya masing-masing namun punya tujuan yang sama).
Atau dalam bahasa MLM-nya “SUKSES BERSAMA”.
Mungkin muluk-muluk??tapi tidak ada yang tidak mungkin kan??
Namun bagaimanapun, Lingkar menempatkan mimpi nya di urutan teratas, sebagaimana Lingkar megadopsi salah satu dari 7 ajaran the beatles.
Bahkan Halil Gibran sendiri pun bilang : “ Anda tinggal punya niat saja, nanti Allah yang akan menyempurnakan”.
Atau dalam bahasa Al-Quran nya : “ cukuplah kalian punya niat baik, dan lakukan niat itu maka Allah akan menemani perjalanan kesuksesan anda, dan kalian tidak akan merugi”
Sungguh tidak terbesit dalam pikiran Lingkar mencari atupun mendapat simpati sahabat-sahabat lainnya.
Coretan ini hanya sekedar cerita kecil dibalik keajaiban besar yang terdapat dibalik satu nama yaitu “persahabatan”.


Salam Lingkar Perssahabatan.

?

Sahabat

(ngaliwet at Jaer home,red)
SAHABAT...
mungkin kau bukan Matahari
yang datang dari timur
dan tenggelam di arah barat
tidak selalu memancarkan cahaya
tapi...hangat sinar-nya slalu terasa

SAHABAT...
mungkin kau bukan pula Bulan
yang datang sehabis senja, dan terangi gelap di malam hari
kemudian perlahan menghilang setelah fajar

SAHABAT...
kau slalu ada walau tidak nampak
tatkala jarak memisahkan
namun rasa menyatukan sgalnya

sesaat aku pun tak melihat
dan kau mun tidak menampakkan dirimu
kau laksana bintang
yang menghiasi n berkedip indah di bentangan langit hati
dan akn berjalan mengiringi
langkah taman hidup
dalam hembusan angan, angan dan genggaman

08/02/11

IBU

Siapakah ibu..
Dialah orang yang melahirkan ku
Dia juga orang yang mengajarkan kasih sayang
Kasih sayang yang tak pernah pamrih
Mmenapaki ilmu spanjang hari
Yang tak peduli akan dri
Tidak pula materi
Akan tetapi berjuang demi akal dan budi pekerti

Siapakah ibu..
Dialah yang meluruskan ku
Dijalan yang penuh liku dan berbatu
Dialah yang menerangi
Di saat kegelapan
Dialah yang menyirami
Di kala sedang layu
Hingga mekar dan mewangi
Seperti melati..
Dia pula yg mendorongku
Ketika ku mendaki
Hingga ku tinggi dan bersinar
Seperti mentari

Lalu siapakah ibu..
Tentu saja masih dia
Yang dengan keringat nya
Tak pernah berkeluh kesah
Yang tak pernah akan tenggelam untuk-ku
Yang dengan tulus mulus mendo'akan ku
Kemarin, hari ini, esok, lusa dan sepanjang kehidupan..
ik hou van mama

BAPAK

setinggi angkasa, seluas samudera
cinta slalu tdk bisa diukur
berteteskan keringat, berkotoran debu
begitulah bapak menguraikan waktu
untuk ku...

pergi pagi
pulang malam
sesaat mungkin aku tak bersua
kau menjelma air
dibwah terik matahari yg berdebu

kau adalah nakhoda
dlm perahu keluarga
yang menafkahi
anak-istri demi sesuap nasi

semangatmu tak pernah goyah
meski diterjang ombak n gelombang
meski terkadang badai menghadang
sedikitpun tak merasa mengeluh

bapak...
kau sembunyikan kepedihan dibalik senyum
supaya akupun ikut tersenyum
kaulah pelangi sejati
yang menghiasi
yang tertawa, menangis, berjalan beriringan
dan tak pernah memudar
di angkasa hidupku...

CURUG SAWER CIREONG

Tak banyak yang mengetahui keberadaan curug ini. Curug Sawer begitu lah orang sekitar daerah cireong
memanggilnya. letaknya kurang lebih 6 Km dari kota Sindangkasih Ciamis ke arah utara (Gunung
Golkar).airnya yang sejuk membuatku pengen setiap hari
mandi di lokasi ini.akses menuju lokasi Curug Sawer sangat lah rumit karena melewati pepohonan yang jarang
dijamah warga sekitar.Namun rasa capek yang dirasakan seketika hilang begitu tiba di curug ini..brrrrrrrrrrrrrr segerre pokonya tempatnya sejuk tenan enak buat ngademin pikiran yang lagi semerawut.

07/02/11

Terdampar di Perpustakaan Tasik

Pulang kerja sich niatan mo 'mujasmedi' versi aku sendiri alias refreshing gitu, rencana mo ngerendam di air panas galunggung soalnya enak kali ngilangin jenuh sambil terapi murah meriah soalnya besok kan libur (imlek). Tapi rencana + rencana hanya menghasilkan sebuah rencana (kata om bob sadino) hehe..
awalnya sih mampir dulu ke tempat kerja temen di perpus sekalian mo sambil baca-baca tau aza ada berita atau buku menarik. Ternyata sampai aku menulis pun masih terdampar di perpus lagian cuaca juga kurang mendukung boss hujannya lebat banget.
Tapi seru juga bergadang di perpus (asik + serem-serem gitu dech).
Waktu menunjukkan jam 22.30 WIB teman ku (sebut saja ucing ma petot) mo beli nasgor, ehhh ditinggal sendiri di perpus yang lumayan luas cuma melanga-melongo.
Tepat jam 23.00 deddddd ....dededddd ..... terdengar suara motor mulai mendekat pertanda temanku sudah balik lagi.
Dan memang benar nasi gorengnya sudah didepan mata, selanjutnya???terserah saya dong (sambil bawa bungkusan nasi goreng). Daripada kelamaan mending langsung embat aja bosss..Ditinggal dulu ya bosss..